Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk
pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus
Schistosoma. Pada dasarnya daur hidup
trematoda ini melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase
tersebut memerlukan hospes intermedier untuk perkembangannya. Fase daur hidup
tersebut adalah sebagai berikut:
Telur---meracidium---sporocyst---redia---cercaria—metacercaria---cacing
dewasa.
Genus dari trematoda
(1)
Schistosoma
(2)
Paragonimus
(3)
Clonorchis
(4)
Echinostoma
Menurut lokasi berparasitnya cacing trematoda dikelompokkan
sebagai berikut:
1)
Trematoda pembuluh darah: Schistosoma
haematobium, S. mansoni, S. japonicum
2) Trematoda
paru: Paragonimus
westermani
3) Trematoda
usus: Fasciolopsis buski,
Echinostoma revolutum, E. ilocanum
4) Trematoda
hati: Clonorchis sinensis,
Fasciola hepatica, F. gigantic .
Paragonimus westermani
Pertama
ditemukan berparasit pada harimau Bengali di kebon binatang di Eropa tahun
1878. Pada dua tahun kemudian infeksi cacing ini pada manusia dilaporkan di
Formosa. Ditemukan cacing pada organ paru-paru, otak dan viscera pada orang di
Jepang, Korea dan Filipina. Sekarang parasit ini telah menyebar ke India Barat,
New Guenia, Salomon, Samoa, Afrika Barat, Peru, Colombia dan Venezuela.
Paragonimiasis termasuk dalam penyakit zoonosis. Paragonimus westermani merupakan Trematoda paru-paru yang mempunyai
beberapa nama lain, yaitu:
·
The Lung Fluke
·
Distoma wetermani
·
Paragonimus ringeri
Trematoda paru jenis ini menyebar didaerah Asia
Timur, antara lain RRC, Jepang, Korea, Taiwan, juga ditemukan di Indonesia,
Filiphina, Vietnam, India, Afrika dan Amerika.
Species-species yang lain adalah:
·
Paragonimus
africanus (Afrika)
·
Paragonimus
mexicanus (Mexico dan Amerika Latin)
·
Paragonimus
uterobilateralis (Nigeria)
·
Paragonimus
kellicotti (Jepang)
HOSPES
Hospes definitif : Manusia, kucing, anjing
Hospes perantara I : Keong air tawar/ siput (Melania/Semisulcospira sp)
Hospes perantara II : Ketam / kepiting
Hospes definitif : Manusia, kucing, anjing
Hospes perantara I : Keong air tawar/ siput (Melania/Semisulcospira sp)
Hospes perantara II : Ketam / kepiting
HABITAT:
Di jaringan paru-paru
PENYAKIT: Paragonimiasis
MORFOLOGI:
Telur:
Telur berukuran 80-120 x 50-60
mikron
Bentuk oval
Memiliki operculum khas yang
berdinding tebal
Berwarna kuning kecoklatan
Berisi sel-sel ovum yang belum matang
Cacing
dewasa:
Bersifat hermaprodit.
Sistem reproduksinya ovivar.
Bentuknya menyerupai daunberukuran 7 – 12 x 4 – 6 mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 – 5 mm.
Sistem reproduksinya ovivar.
Bentuknya menyerupai daunberukuran 7 – 12 x 4 – 6 mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 – 5 mm.
Memiliki batil isap mulut dan batil
isap perut.Uterus pendek berkelok-kelok.Testis bercabang, berjumlah 2 buah.
Ovarium berlobus terletak di atas
testis.
Kelenjar vitelaria terletak di 1/3
tengah badan.
SIKLUS HIDUP
Telur dikeluarkan bersama feses . Telur yang masuk dalam air akan
menetas mirasidium akan keluar dan mencari hospes perantara pertama yaitu
keong air (siput Bulinus / Semisulcospira). Dalam tubuh keong mirasidium
berkembang menjadi sporokista dan kemudian menjadi redia. Redia akan menghasilkan serkaria. Serkaria
akan akan keluar dari tubuh siput dan mencari hospes perantara ke-2, yiatu
ketam/kepiting.
Setelah masuk ke tubuh kepiting, serkaria akan melepaskan ekornya dan membentuk
kista (metaserkaria.) didalam kulit di bawah sisik. Metaserkaria akan masuk ke
tubuh manusia yang mengkonsumsi kepiting yang mengandung metaserkaria yang
dimasak kurang matang.Metaserkaria akan mengalami proses ekskistasi di duodenum
dan keluarlah larva. Larva
menembus dinding usus halus rongga perut diafragma menuju paru –paru.
CARA
INFEKSI:
Manusia
dapat terinfeksi oleh Paragonimus westermani karena memakan hospes perantara II
yang mengandung metaserkaria.
PATOLOGI dan GEJALA
KLINIK:
Penyakit akibat infeksi cacing ini
dinamaan Paraginiasis. Selama invasi hanya memberi sedikit gangguan. Cacing
dewasa dapat memberi gangguan di:
Paru-paru:
§ Berupa kerusakan jaringan
§ Tampak juga infiltrasi sel jaringan
§ Reaksi jaringan membentuk kapsul fibrotik (kista),
di dalamnya terdapat cacing dan juga telur, jika kista ini berada di bronchus
maka akan dapat pecah. Gejala mula-mula batuk kering, kemudian batuk darah.
Ektopik
infeksi:
Telur-telur
yang berada di jaringan organ merupakan pusat dari pseudo tuberculosis (TB palsu).
·
Di otak =
gejala cerebral (epilepsi)
·
Di usus =
abses dengan gejala diare
·
Di
jaringan otot = ulcersa
·
Di hepar,
dinding usus, pulmo, otot, testis, otak, peritoneum, pleura terdapat bentuk
kista
DIAGNOSA:
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cairan pleura. Kadang-kadang telur juga di temukan dalam tinja.
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cairan pleura. Kadang-kadang telur juga di temukan dalam tinja.
PENGOBATAN:
Klorokuin
0,75 gr/hari sampai 40gr bhitional.
PENCEGAHAN:
Tidak memakan ikan/kepiting mentah. Apabila menkonsumsi harus sudah dimasak secara sempurna sehingga tidak terinfeksi oleh metaserkaria yang ada dalam ikan/kepiting tersebut.
Tidak memakan ikan/kepiting mentah. Apabila menkonsumsi harus sudah dimasak secara sempurna sehingga tidak terinfeksi oleh metaserkaria yang ada dalam ikan/kepiting tersebut.
Cacing dewasa Paragonimus westermani
metaserkaria
Telur
1 komentar:
Terima kasih blog ini memudahkan sya untuk mengerjakan tugas parasit
Posting Komentar